Rasulullah s.a.w bersabda :

“Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita.” (Hadis Riwayat Al- Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah s.a.w tentang penghuni surga yang mayoritas adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka adalah wanita. Tetapi hadis ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang menyebabkan mereka dimasukkan ke dalam neraka dan menjadi mayoritas.
Di dalam kisah shalat gerhana matahari, Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya melakukan shalat gerhana dengan shalat yang panjang , Rasulullah s.a.w melihat surga dan neraka. Ketika baginda melihat neraka beginda bersabda kepada para sahabatnya:

“ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.”

Para sahabat pun bertanya :

“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?”

Baginda s.a.w menjawab :

“Kerana kekufuran mereka.”

Kemudian ditanya lagi :

“Apakah mereka kufur kepada Allah?”

Baginda menjawab :

“Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) nescaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)

Dalam hadis yang lain, Rasulullah s.a.w menjelaskan tentang wanita penghuni neraka, baginda bersabda :

“ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka kerana sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti bunggul unta. Mereka tidak masuk Syurga dan tidak mendapatkan wanginya Syurga padahal wanginya boleh didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)

Dari Imran bin Husain dia berkata, Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud :

“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (Hadis Riwayat Muslim dan Ahmad)

Imam Qurthubi; rahimahullah; menjelaskan maksud hadis di atas dengan pernyataannya :

“Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum lelaki dari akhirat disebabkan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tazkirah halaman 369)
Penyebab Wanita Mayoritas Penghuni Neraka

Jika kita perhatikan keterangan dan hadith di atas dengan insaf, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi penghuni terbanyak dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari penghuni surga a.l :

1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya

Rasulullah s.a.w menjelaskan hal ini pada sabda baginda di atas tadi. Kekufuran seumpama ini terlalu banyak kita dapati di tengah-tengah keluarga kaum muslimin, yaitu seorang isteri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak sesuai dengan kehendak isteri sebagaimana kata pepatah : “panas setahun dihapus oleh hujan sehari’. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang isteri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan suami kerana Allah s.w.t. tidak akan melihat isteri model seperti ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah s.a.w :

“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (Hadis Riwayat Nasaie)

Hadis di atas adalah peringatan keras bagi kaum wanita muslimah yang menginginkan keridhoan Allah s.w.t. dan syurgaNya. Maka tidak layaklah bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal kekurangan yang tidak sepatutnya untuk diperbesar-besarkan. Jika sedemikian keadaannya, maka sangat wajar sekali jika wanita yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah s.a.w sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka walaupun mereka tidak kekal didalamnya. Cukup sekiranya isteri-isteri Rasulullah s.a.w dan para sohabiyah sebagai suri tauladan bagi isteri-isteri kaum muslimin dalam mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.

2. Durhaka Terhadap Suami

Kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin.

    Durhaka dengan ucapan.
    Durhaka dengan perbuatan.
    Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.

Bentuk pertama ialah seorang isteri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya. Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang isteri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini. Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang isteri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang dibenarkan oleh syara’. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan yang bermaksud untuk menjatuh dan merusak kehormatannya sehingga suaminya dipandang hina di mata orang lain. Begitu juga apabila seorang isteri meminta talak atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mendakwa telah dianiaya atau dizalimi suaminya atau lain-lainnya. Permintaan cerai biasanya di awali dengan pertengkaran antara suami dan isteri karena ketidakpuasan isteri terhadap kebaikan dan usaha suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya kerana suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah s.w.t. dan sunnah-sunnah Rasulullah s.a.w. Sungguh hina sekali apa yang dilakukan isteri seperti ini terhadap suaminya. Ingatlah sabda Rasulullah s.a.w :

“Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’ie) maka haram baginya mencium wangi Syurga.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan At-Tirmizi )

Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para isteri terjadi apabila seorang isteri tidak bersedia melayani keperluan batiniyah suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang seumpamanya. Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang isteri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Tindakan ini sebenarnya adalah seakan-akan seorang isteri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’ie. Demikian pula jika isteri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya (aurat), menerima ttamu tanpa izin suaminya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang lain-lain. Begitu juga apabila seorang isteri tidak mau berdandan atau mempercantikkan diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal-hal itu, melakukan puasa sunat tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat atau puasa Ramadhan. Maka setiap isteri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah isteri yang durhaka terhadap suami dan telah melakukan maksiat kepada Allah s.w.t.

Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang isteri maka ia dikatakan sebagai isteri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. Sungguh rugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu. Jalan menuju surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga yang indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di hujung jalan ini ada surga yang Allah sediakan untuk hamba-hambaNya yang sabar menempuhnya. Ketahuilah pula bahawa jalan menuju ke neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi ingat dan sadarlah bahawa neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini dan tidak mau berpaling darinya semasa ia hidup di dunia. Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah s.w.t. dan meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya.

3. Tabarruj

Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang wajib ditutupnya dari pandangan lelaki bukan mahramnya. Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah s.a.w tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang disebabkan pakaian yang mereka sangat tipis, ketat,  menampakkan bahagian-bahagian tubuh tertentu, dan tidak memnuhi syarat menutup aurat sebagaimana yang berlaku didalam masyarakat kita. Sebagaimana yang diuraikan oleh Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah ketika menjelaskan sabda Rasulullah s.a.w tersebut.
Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan :

“Wanita-wanita yang dimaksudkan Rasulullah s.a.w adalah yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan tubuhnya atapun yang menunjukkan bentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada zahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .”

Mereka adalah wanita-wanita yang suka dan amat gembira apabila berjalan menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah s.w.t. telah melarang hal ini dalam firmanNya  :

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (Surah An Nur ayat 310)

Imam Az-Zahabi rahimahu ‘Llah menyatakan di dalam kitab Al Kabair :

“Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang dipakai oleh mereka, memakai minyak wangi dan yang semisal jika mereka keluar rumah … .”

Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret kaum lelaki ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoncang keimanan yang kukuh sekalipun, apa lagi iman yang lemah yang tidak dikuatkan dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah. Rasulullah SAW sendiri menyatakan di dalam hadis yang sahih bahwa :

“ Fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum lelaki adalah fitnahnya wanita.”
Berhati-hatilah Terhadap Fitnah Wanita

fitnah wanita Tahukah Anda Penyebab Wanita Mayoritas Penghuni Neraka?Sejarah sudah membuktikan bahwa betapa banyak tokoh-tokoh dunia yang tidak beriman kepada Allah s.w.t. hancur hanya disebabkan bujuk-rayu wanita. Bahkan berapa banyak persaudaraan di antara kaum muslimin terputus hanya disebabkan wanita. Berapa banyak anak yang durhaka kepada ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi gejala-gejala lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita yang seperti mereka ini memang layak untuk tidak mendapatkan wanginya surga. Hanya dengan ucapan dan rayuan, seorang wanita mampu menjerumuskan kaum lelaki ke dalam lembah dosa yang hina, terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan tubuh mereka kepada kaum lelaki. Tidak mengherankan  jika di sana-sini terjadi kezaliman terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri. Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang disaran oleh Islam yang akan menyelamatkan kaum wanita dari dosa di dunia ini dan azab di akhirat kelak. Jangan ikuti pemikiran pemimpin-pemimpin wanita Islam yang sekuler yang mencoba untuk mempermasalahkan hukum-hukum Allah yang telah dinyatakan di dalam al-Qur’an dan mempermasalahkan hak-hak wanita dengan semboyan emansipasi, kesetaraan gender, modernitas, dsbnya.

Allah s.w.t. berfirman :

“Dan tinggallah kamu di rumah-rumah kamu dan janganlah kamu bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Surah Al Ahzab ayat 33)

Masih banyak sebab-sebab lainnya yang menyebabkan wanita menjadi penghuni mayoritas kavling neraka. Tetapi cukuplah dengan tiga sebab ini yang dijelaskan di sini karena memang tiga perkara inilah yang sering kita dapati dalam kehidupan masyarakat kita. Coba anda lihat tayangan televisi diatas jam 24.00, bukankah disitu mereka menarik tali busur nafsu syahwat yang anak panahnya adalah kaum wanita?

Rasulullah s.a.w pernah menerangkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari azab neraka. Ketika beginda selesai berkhutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah s.w.t. dan anjuran untuk mentaati-Nya. Baginda pun bangkit mendatangi kaum wanita, baginda menasihati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian baginda bersabda :

“Bersedekahlah kamu semua. Karena kebanyakan kamu adalah kayu api Jahanam!”

Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya :

“Mengapa demikian, wahai Rasulullah?”

Baginda menjawab : “Karena kamu banyak mengeluh dan kamu kufur terhadap suami!” (Hadis Riwayat Al- Bukhari)

Bersedekahlah karena sedekah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kaum wanita dari azab neraka.
Mendapatkan Pasangan Yang Shalih

Harapan dan impian setiap pemuda atau pemudi yang memasuki usia pernikahan adalah memperoleh suami shalih atau istri shalihah, walaupun standar shalih mungkin berbeda antara satu orang dengan yang lain, menurut A mungkin si dia shalih, belum tentu menurut B demikian, akan tetapi bagaimanapun keduanya sepakat berharap mendapatkan yang shalih dalam urusan pasangan hidup, perkara ini hampir tidak diperselisihkan oleh dua orang, karena ia termasuk perkara mendasar dalam bangunan dan tatanan rumah tangga yang akan diarungi oleh suami istri.

Keshalihan suami istri adalah modal dasar yang tidak bisa ditawar dalam menciptakan rumah tangga, yang kata orang, “sakinah, mawaddah wa rahmah” , ini tidak keliru sebab realita memang membuktikan demikian, sementara perkara-perkara selainnya hanya sebatas menunjang dan melengkapi yang tidak berarti tanpa adanya keshalihan. Apalah artinya ketampanan atau kecantikan tanpa keshalihan? Bisakah ia menjadikan rumah tangga tegak kokoh tanpanya? Apalah artinya harta melimpah jika tidak dibarengi dengan keshalihan? Bisa-bisa ia malah menjadi sebab petaka dan sengsara. Jabatan atau kedudukan? Setali tiga uang, tidak berbeda.

Menikah bukan untuk sesaat dua saat akan tetapi untuk masa masya Allah, walaupun ada pintu keluar darinya dengan talak dan khulu’, akan tetapi pintu ini bersifat dharurat, tidak patut dibuka dalam kondisi lapang, dan dalam perjalanan pernikahan tidak jarang terjadi rintangan dan sandungan, naik turun, senang susah, sedih gembira, semuanya terjadi, hanya keshalihan yang bisa membimbing suami dan istri untuk menyikapi semua itu dengan bijak yang pada akhirnya membawa kepada kebaikan bagi mereka berdua.

Dari sini maka Rasulullah shallallaahu ‘laihi wasallam mengajak kaum muslimin agar mengedepankan keshalihan dalam memilih suami atau istri, walaupun ada faktor-faktor lain yang tidak keliru jika diperhatikan, akan tetapi perkara yang satu ini adalah yang terdepan, beliau shallallaahu ‘laihi wasallam bersabda kepada siapa pun yang berminat menikah, “Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, kedudukannya, kecantikannya dan agamanya, pilihlah pemilik agama niscaya kamu beruntung.” (HR. al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Kepada para wali sebagai pemegang hak menikahkan, Rasulullah shallallaahu ‘laihi wasallam bersabda, “Jika orang yang kamu ridhai agama dan akhlaknya melamar kepadamu maka nikahkanlah dia.” (HR. at-Tirmidzi, dengan sanad shahih).

Setelah Anda sepakat mengedepankan keshalihan dalam perkara ini, maka pertanyaan yang mungkin terbersit adalah bagaimana mendapatkan suami atau istri yang demikian?

Jawabannya mudah, hanya dengan sebuah langkah dasar yaitu jadikan diri Anda shalih terlebih dulu, hanya ini yang Anda perlukan. Sesederhana inikah teorinya? Benar. Penjelasannya begini.

Fakta umum yang berjalan dalam kehidupan ini adalah bahwa sesuatu cenderung kepada yang sepadan dan sesuai dengannya, begitu pula sebaliknya, sesuatu akan menghindar dari yang berbeda dengannya, semakin banyak dan besar titik-titik kesepadanan dan kesesuaian antara dua perkara atau antara dua orang, semakin dekat dan intens kecenderungan antara keduanya dan semakin besar perbedaan antara dua orang, semakin lebar jarak dan jurang di antara keduanya. Mudah saja, coba Anda melihat lembu, ia akan berkawan dan dekat kepada sesama lembu, karena titik kecocokan yang demikian besar di antara mereka, domba berkumpul dengan kawanannya dan begitu seterusnya. Anda melihat kerbau bergaul dengan ayam? Mengapa? Karena adanya titik perbedaan yang besar. Yang ingin penulis katakan bahwa kecenderungan dan kedekatan diawali dengan perasaan adanya kesamaan dan kesesuaian.

Setelah itu tariklah kesimpulan ini ke dalam alam pergaulan manusia, Anda melihat bahwa ternyata manusia cenderung kepada manusia yang memiliki sisi-sisi kesamaan dengan dirinya dan menjauh dari manusia yang memiliki titik perbedaan dengan dirinya. Para penggemar sepak bola berkumpul dengan sesama penggemar sepak bola, para penggemar hobi A berkumpul dengan sesamanya dan begitu seterusnya, sehingga terbentuk klub-klub, organisasi-organisasi, perkumpulan-perkumpulan, partai-partai atau apalah namanya, di mana titik kesamaanlah yang mendorong mereka ke sana. Lihatlah kepada diri Anda, dengan siapa Anda cenderung? Tidak keliru kan apa yang penulis katakan?

Jadi pada saat Anda menjadikan diri sebagai orang yang shalih berarti secara otomatis Anda telah memiliki password untuk masuk ke dalam lingkaran orang-orang shalih dan mempunyai titik kesamaan dengan mereka serta mempunyai peluang besar untuk menjadi bagian dari mereka dengan mendapatkan salah seorang dari mereka. Dan Anda perlu tahu bahwa dari semua perkara yang mengumpulkan dan menyatukan kawanan manusia dengan sesamanya, yang paling kuat adalah kebaikan atau keshalihan. Selainnya hanya bersifat temporal, orang-orang yang disatukan karena harta misalnya, akan bubar seiring dengan lenyapnya harta, orang-orang yang dikumpulkan karena kesenangan, akan buyar seiring dengan berubahnya kesenangan. Tetapi orang-orang yang diikat oleh keshalihan akan selalu terikat sekuat keshalihan itu sendiri.

Kebaikan berjodoh dengan kebaikan, orang-orang yang baik berjodoh dengan orang-orang yang baik, keburukan berdampingan dengan keburukan, orang-orang yang buruk berkawan dengan orang-orang buruk, ini sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan.

“Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (QS. an-Nur: 3).

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. an-Nur: 26).

Dalam sejarah pernikahan kita melihat orang yang paling shalih Muhammad shallallaahu ‘laihi wasallam, para pendampingnya adalah para wanita shalihah, kita melihat putri-putri beliau yang shalihah berjodoh dengan para suami yang shalih pula, para sahabat-sahabat beliau yang shalih beristri wanita-wanita yang sepadan dan selevel dengan mereka dan begitu seterusnya. Maka jika Anda berhasrat memperoleh pasangan yang shalih, shalihkan diri Anda agar hasrat Anda ini terwujud sehingga Anda tidak menggantang asap, layaknya pungguk merindukan rembulan.

Inilah keadilan dan kebijaksanaan, dua perkara yang sejenis tersatukan, dua hal yang sepadan terkumpul dan dua orang yang shalih dipertemukan. Wallahu a’lam.

Valentine Day Dalam Pandangan Islam

Untuk muda-mudi generasi penerus, tulisan ini akan memaparkan sedikit panjang lebar tentang CINTA, yang ternyata eksploitasi cinta tanpa tuntunan agama akan bermuara kepada pergaulan seks bebas dan merusak tatanan , bahkan eksploitasi cinta akan dapat menggiring pelakunya ke sikap pendewaan cinta yang akhirnya akan dapat menggiring seseorang kepada kesyirikan yang tidak disadarinya.

Kali ini akan kita kupas tentang Valentine yang secara kebetulan perkembangannya paralel dengan eksploitasi cinta, seks bebas dan materialisme. Tahun demi tahun hiruk-pikuk valentine makin bertambah instensitasnya, dahulu hanya muda-mudi kota-kota besar seperti Jakarta yang mengenal Valentine dan merayakannya, kini sudah mulai merambah ke muda-mudi desa-desa kecil yang ada di Indonesia ini, Valentine tidak saja dikenal oleh para remaja tetapi juga sudah dikenal dan dirayakan oleh anak-anak SD.

Dari sudut pandang ke-Islam-an, ternyata Valentine adalah sebuah perayaan yang harus dijauhi oleh para muda-mudi dan anak-anak muslim dan muslimah, dan sebaiknya para orang tua memberikan informasi kepada anak-anaknya bahwa Valentine bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islam-an, memang bukan merupakan hal yang mudah karena sesungguhnya kita berhadapan dengan arus modernisme yang telah mengglobal dan salah kaprah. Opini tidak ketinggalan zaman dan tidak gaul bila tidak merayakan Valentine adalah salah satu kendalanya, namun dengan cara yang baik dan informasi yang akurat, Insya Allah informasi tersebut akan menjadi nasehat yang akan mudah untuk diikuti dan ditaati.

Untuk itu dalam kajian ini, akan dikupas tentang Valentine sedikit panjang lebar agar kita mendapatkan informasi yang komprehensif1 dan akurat sehingga kita dapat mensikapi hiruk-pikuk Valentine yang tahun-demi-tahun harus kita akui memang telah bertambah intensitasnya

Sejarah Valentine

Gambar disamping: St.Valentine dan Juno

Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir ?Islam : Syuhada- oleh orang-orang Kristen (katolik) dan Valentine telah diberi gelar sebagai orang suci (Santo) oleh orang-orang Kristen.

Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 – 270 M) mempunyai kebijakan yang melarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang.

Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang rajapun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati.

Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum Valentine dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya :

‘ From Your Valentine ‘

Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.

Itulah sejarah hari Valentine yang ternyata untuk mengenang dan memperingati dua orang suci Kristen Katolik yang mengorbankan jiwanya demi kasih sayang.

Ada versi lain tentang sejarah Valentine, yaitu pada masa Romawi Kuno, tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa dewi Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan ?dewi cinta.

Pada tanggal 14 Pebruari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas sebagai, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.

Valentine dan Barat

Pada abad ke 16 Masehi, perayaan Valentine yang semula merupakan ritual milik agama Kristen Katolik telah berangsur-angsur bergeser, yang semula untuk memperingati kematian santo Valentine dan Marius telah bergeser menjadi hari ?Jamuan Kasih Sayang? yang disebut sebagai ?Supercalis? seperti yang dirayakan oleh bangsa Romawi Kuno pada tiap tanggal 15 Pebruari.

Sedangkan pada abad pertengahan di dalam bahasa Perancis-Normandia terdapat kata ?Galentine? yang berasal dari kata Galant yang berarti cinta, persamaan bunyi antara Galentine dan Valentine disinyalir telah memberikan ide kepada orang-orang Eropa bahwa sebaiknya pada tanggal 14 Pebruari digunakan untuk mencari pasangan. Dan kini Valentine telah tersinkretisasi dengan peradaban Barat.

Valentine telah menjadi bentuk pesta hura-hura, simbol modernitas, sekedar simbol cinta, dan sudah mulai bernuansa pergaulan bebas dan seks bebas.

Banyak para muda-mudi yang mengadakan pesta Valentine hanya karena ikut-ikutan supaya tidak dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul, orang yang ikut-ikutan pesta valentine seakanakan telah menyandang predikat sebagai orang yang modern dan maju, padahal dia tidak tahu apa-apa tentang sejarah Valentine dan Valentine itu sendiri, padahal Valentine sendiri bukanlah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

Tentu saja Barat adalah yang paling diuntungkan dengan hiruk-pikuk pesta Valentine, karena di dalam pesta valentine orang didukung untuk hura-hura, mencari cinta sesaat dan instan, seks bebas, galmour yang semuanya itu mengarah ke peradaban Barat.

Ketika Al-Islah mengadakan survey via telepon terhadap beberapa masyarakat kota, ada seorang koresponden yang pernah berada di luar negeri memberikan pandangannya bahwa Valentine telah menjadi media Barat untuk memasarkan produknya, merebaknya Valentine di kalangan muda-mudi, menjadikan mereka ramah dan permisif terhadap produk-produk Barat, antara lain fashion, kafe, hotel, film, seks pranikah, dan lain sebagainya.

Namun kalau kita mau jeli dan teliti, Valentine memang bisa menjadikan seseorang merasa tidak ketinggalan zaman, gaul, fashionable dan segudang simbol peradaban Barat lainnya, salah satu faktor besarnya daya jual produk-produk Barat adalah terbangunnya opini tersebut dikalangan muda-mudi, contoh, orang ingin mengganti Hp-nya dengan HP baru hanya dengan satu alasan saja yaitu ?model baru lebih trendy atau fashionable yang lama telah ketinggalan jaman dan memalukan? , opini semacam itulah yang ingin dibangun barat melaui acara-acara Valentine.

Survey Membuktikan

Dari wawancara dengan beberapa koresponden yang ada diwilayah pinggiran kota via telepone ketika diajukan pertanyaan apakah Valentine itu ? didapatkan hasil rata-rata para koresponden dari kalangan remaja memberikan jawaban bahwa Valentine adalah hari kasih sayang walaupun sebagian besar dari mereka tidak mengetahui sejarah Valentine. Dan ketika mereka ditanya apakah ingin merayakan Valentine?, sebagian besar menjawab ya dan ingin merayakan bersama sang kekasih, sebagian yang lainnya menjawab tidak perlu dengan alasan kasih sayang itu bukan hanya satu hari itu saja tetapi sepanjang tahun, dan ada juga yang memberikan alasan karena Valentine adalah budaya Barat yang memiliki efek negatif dan merusak. Yang cukup mengejutkan ada seorang anak SD yang tahu tentang hari Valentine dan ingin merayakan dengan memberi hadiah kepada teman spesial.

Dan dari wawancara dengan korespeonden yang sudah berumah tangga dengan kisaran umur antara 30 tahun hingga 50 tahun memberikan hasil bahwa ketika mereka dalam usia remaja mereka sebagian besar tidak tahu tentang Valentine walaupun pernah mendengar kata Valentine, sebagian kecil mengatakan ketika masih remaja mereka telah tahu tentang Valentine tetapi tidak pernah merayakannya. Dan ketika diberi pertanyaan lanjutan apakah akan memberikan izin kepada anaknya untuk merayakan Valentine, sebagian besar menjawab tidak masalah asal tidak kebablasan, dan sebagian yang lain mengizinkan tetapi dengan memberikan pengarahan dan sebagian yang lainnya lagi akan melarang karena mengetahui bahwa Valentine adalah budaya Barat dan bertentangan dengan agama Islam.

Dari wawancara tersebut dapat diperoleh gambaran tentang opini dan sikap masyarakat mengenai Valentine ?walaupun kurang akurat-:

Pertama, kalangan muda-mudi hampir 100% telah mengenal Valentine padahal para orang-tua mereka hampir 100% tidak mengenal Valentine pada masa remajanya berarti Valentine telah berkembang pesat dalam satu generasi.

Kedua, hanya sebagian kecil remaja yang menentang Valentine dan hampir 100% yang tidak mengetahui tentang sejarah Valentine.

Dan sekarang mari kita tinjau pandangan Islam tentang Valentine dan bagaimana semestinya umat Islam harus bersikap.

PANDANGAN ISLAM TENTANG VALENTINE

Dari uraian sejarah Valentine dan hubungannya dengan peradaban Barat saat ini dapat diringkas bahwa Valentine merupakan :

1. Ritual yang bersumber dari Kristen yang dikukuhkan oleh Paus Galasius untuk mengenang orang suci Kristen yaitu Santo Valentine dan Santo Marius.

2. Ritual orang-orang Romawi kuno yang pagan (penyembah berhala) untuk memperingati dewi Juno yaitu ratu dari segala dewa-dewi bagi perempuan dan perkawinan ( dewi cinta).

3. Ritual bangsa Eropa pada abad pertengahan untuk mencari jodoh.

4. Media Barat untuk mengkokohkan cengkraman peradaban Barat.,

Dari keempat jatidiri Valentine tersebut, tidak satupun yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, alasannya :

Pertama, Valentine merupakan ritual keagamaan yaitu agama Kristen, sehingga Valentine merupakan ibadah bagi agama Kristen, bukti bahwa Valentine sebagai ritual agama Kristen adalah ritual Valentine tersebut dikukuhkan oleh seorang Paus yaitu Paus Galasius untuk memperingati dua orang yang diberi gelar orang suci oleh orang-orang Kristen. Bagi Muslim mengikuti Valentine tersebut adalah sama dengan mengikuti peribadatan orang Kristen, di samping itu ada bahaya yang lain yaitu sinkretisasi antara agama Islam dan Kristen, Allah telah memerintahkan kita untuk tidak mencampuradukkan ajaran agama Islam dengan ajaran agama manapun termasuk Kristen :

Bagimu agamamu, bagiku agamaku. QS. 109:1-6

Kedua, Valentine untuk memperingati/memuja dewi Juno adalah ritual yang dilakukan oleh orang-orang romawi Kuno yang menyembah berhala/dewa, sehingga mengikuti ritual ini dapat bernilai kesyirikan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Romawi Kuno yang menyembah berhala.

Bedakan diri kalian dari orang-orang Musyrik. HR. Bukhari-Muslim

Ketiga, Valentine sebagai sarana untuk mencari jodoh oleh orang-orang Eropa, mereka bertahayul bahwa kasih sayang akan mulai bersemi pada tanggal 14 Pebruari, tahayul adalah salah satu bentuk kesyirikan, sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengikutinya.

Keempat, Valentine sebagai media barat telah diakui daya rusaknya terhadap tatanan masyarakat timur apalagi Islam, mengiktui Valentine bukan saja sekedar pesta untuk menyatakan kasih sayang, tetapi juga pesta yang mau-tidak-mau harus mengikutkan budaya yang lainnya, pergaulan bebas, fashion, pakaian minim, ciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, hidup glamour, materialistis, dansa-dansa, mengumbar nafsu dan lain-lain.


Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, ia akan termasuk golongan mereka. HR. Ahmad

Tidak dapat dipungkiri lagi, Valentine adalah salah satu pintu masuk untuk menjadi sama dengan mereka.

Itulah jatidiri Valentine dan kedudukannya terhadap agama Islam, banyak para muda-mudi yang mengikuti Valentine hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak mengetahui apa dan bagaimana Valentine yang sesungguhnya, mereka ikut hanya karena pernah melihat ada yang jualan kartu Valentine atau menerima kartu valentine, atau karena pernah diajak temannya ikut acara Valentine, atau karena pernah melihat propaganda Valentine di majalah-majalah, tv, film dan lain sebagainya, terhadap sikap para muda-mudi yang mengikut saja terhadap apa yang tidak diketahuinya, Allah SWT telah memberikan peringatan :

Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. QS. 17:36

Padahal para muda-mudi gaul sering berkata untuk memberi kesan/nilai negatif kepada temannya dengan perkataan ?sok tahu lu? ternyata mereka sendiri terhadap Valentine juga sok tahu. Wallahu a'lam.

al-islahonline.com
www.alsofwah.or.id
Nasihat Kepada Para Gadis Remaja

Dengan terbata-bata dan diiringi linangan air mata penyesalan seorang remaja putri bertutur: “Peristiwa ini bermula hanya dari pembicaraan melalui telepon antara diriku dengan seorang pria, lalu berlanjut membuahkan kisah cinta di antara kami. Ia merayu bahwa dirinya sangat mencintaiku dan ingin segera meminangku. Dia berharap dapat bertemu muka denganku, namun aku sungguh merasa keberatan, bahkan aku mengancam ingin menjauhi dirinya, kemudian menyudahi hubungan ini. Akan tetapi aku tak kuasa melakukan itu. Maka aku putuskan dengan mengirimkan fotoku dalam sebuah surat cinta yang semerbak dengan wangi aroma bunga mawar.

Gayung bersambut suratku pun dibalas olehnya, dan semenjak itu kami sering saling kirim surat. Suatu ketika melalui surat, ia mengajakku untuk keluar pergi berduaan, aku menolak dengan keras ajakan itu. Tetapi ia balik mengancam akan membeberkan semua tentang diriku, foto-fotoku, surat cintaku, dan obrolanku dengannya selama ini melalui telepon, yang ternyata ia selalu merekamnya. Aku benar-benar dibuat tak berdaya oleh ancamannya.

Akhirnya aku pun pergi keluar bersamanya dan berharap dapat pulang kembali ke rumah dengan secepatnya. Memang aku pun akhirnya pulang, namun sudah bukan sebagai diriku yang dulu lagi, aku telah berubah. Aku kembali ke rumah dengan membawa aib yang berkepanjangan, dan suatu ketika kutanyakan kepadanya, “Kapan kita akan menikah?” Apakah tidak secepatnya? Namun ternyata jawaban yang ia berikan sungguh menyakitkan, dengan nada menghina dan merendahkanku ia berkata, “Aku tak mau menikah dengan wanita rendahan sepertimu!”

Wahai saudariku tercinta!

kini engkau tahu bagaimana akhir dari hubungan kami yang jelas-jelas terlarang dalam agama ini. Oleh karena itu waspada dan berhati-hatilah jangan sampai engkau terjerumus dalam hubungan semacam itu. Jauhilah teman yang buruk perangai, yang suatu saat bisa saja ia menjerumuskanmu lalu menyeretmu ke dalam pergaulan yang rendah dan terlarang. Ia hiasi itu semua sehingga seakan-akan menarik dan merupakan hal biasa yang tidak akan berakibat apa-apa, tak akan ada aib dan lain sebagainya.

Jangan percaya omongannya, sekali lagi jangan gampang percaya! Itu semua tak lain adalah tipu daya yang dilancarkan oleh syetan dan teman-temannya. Dan jika engkau tak mau berhati-hati maka sungguh hubungan haram itu akan berakibat sebagaimana yang telah kusebutkan di atas atau bahkan lebih parah dan menyakitkan lagi.

Berhati-hatilah jangan sampai engkau terpedaya dengan bujuk rayu para laki-laki pendosa itu yang kesukaannya hanya mempermainkan kehormatan orang lain. Mereka adalah pembohong, pendusta dan pengkhianat, walau salah satu dari mulut mereka terkadang menyampaikan kejujuran dan keikhlasan. Apa yang diinginkan mereka adalah sama, dan semua orang yang berakal mengetahui itu, seakan tiada yang tersembunyi. Berapa kali kita mendengarkan, demikian juga selain kita tentang perilaku keji mereka terhadap para gadis remaja.

Namun sayang seribu sayang bahwa sebagian para gadis tak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa memalukan yang menimpa gadis lainnya. Mereka tak mempercayai segala ucapan dan nasehat yang diberikan kecuali setelah peristiwa itu benar-benar menimpa, dan setelah terlanjur menjadi korban kebiadaban lelaki amoral itu. Tatkala musibah dan aib yang mencoreng muka telah terjadi, maka ketika itulah ia baru terbangun dari keterlenaannya, timbullah penyesalan yang mendalam atas segala yang telah dilakukannya. Ia berangan-angan agar aib, derita, dan kegetiran itu segera berakhir, namun musim telah berlalu dan segalanya telah terjadi,yang hilang tiada mungkin kembali! “Mengapa semua jadi begini?”

Saudariku Tercinta!

Bagi yang terlanjur jatuh dalam hubungan yang haram dan terlarang, jika mau berpikir maka tentu ia akan menjauhi cara seperti itu sejak awal mulanya. Sehingga tak seorang pun bisa mengajaknya demikian berpetualang dalam cinta. Sebab dalam petualangan tersebut mempertaruhkan sesuatu yang paling mulia yang merupakan lambang harga diri dan kesucian wanita. Jika sekali telah hilang, maka tak akan mungkin kembali selamanya. Wanita mana yang menginginkan agar miliknya yang paling berharga hilang begitu saja dengan sia-sia demi kesenangan sekejap? Lalu setelah itu kembali ke tengah-tengah keluarga dan masyarakat dalam keadaan terhina dan tersisih tiada mampu mendongakkan kepala?

Tiada lagi laki-laki yang mengingin kannya, hidup terkucil dan penuh kerugian yang selalu mengiringi sisa umurnya. Hatinya makin teriris manakala melihat teman sebayanya atau yang lebih muda telah menjadi seorang istri, seorang ibu rumah tangga dan pendidik generasi muda.

Oleh karena itu wahai saudariku, pikirkanlah semua ini! Jauhilah olehmu hubungan muda-mudi yang melanggar aturan agama agar engkau tidak menjadi korban selanjutnya. Ambillah pelajaran dari peristiwa yang menimpa gadis selainmu, dan jangan sampai engkau menjadi pelajaran yang diambil oleh mereka. Ketahuilah bahwa wanita yang terjaga kehormatannya itu sangatlah mahal, jika ia mengkhianati dan tak menjaga kehormatan itu, maka kehinaanlah yang pantas baginya. Tetaplah engkau pada kondisi jiwamu yang suci dan mulia dan janganlah sekali-kali engkau membuatnya hina serta menurunkan martabat dan ketinggian nilainya.

Jangan kau kira bahwa untuk mendapatkan seorang suami yang baik hanya dapat diperoleh melalui obrolan lewat telepon ataupun pacaran dan pergaulan bebas. Banyak di antara mereka yang jika dimintai pertanggung jawaban agar segera menikah justru mengatakan:

Bagaimana mungkin aku menikahi wanita sepertinya.

Bagaimana pula aku rela dengan tingkah laku dan caranya.

Bagi wanita yang telah mengkhianati kehormatannya sehari saja.

Maka tiada mungkin bagi diriku untuk memperistrinya.

Bila engkau tak menginginkan jawaban yang menyakitkan seperti ini maka jangan sekali-kali menjalin hubungan terlarang, cegahlah sedini mungkin. Selagi dirimu dapat mengen-dalikan segala urusan yang menyangkut pribadimu, maka kemuliaan dan harga diri akan terjaga. Carilah suami dengan cara yang baik dan benar, sebab kalau toh engkau mendapatkannya dengan cara gaul bebas dan cara-cara lain yang tidak benar, maka biasanya akan berakibat tersia-sianya rumah tangga dan bahkan perceraian. Rata-rata kehidupan mereka dipenuhi oleh duri, saling curiga, menuduh, dan penuh ketidakpercayaan.

Jangan kau percayai propaganda sesat yang berkedok kemajuan zaman atau mereka yang menggembar-gemborkan kebebasan kaum wanita yang mengharuskan menjalin cinta terlebih dahulu sebelum menikah. Janganlah terkecoh, sebab cinta sejati tak akan ada kecuali setelah menikah. Sedang selain itu, maka pada umumnya adalah cinta semu, hanya mengikuti angan-angan dan fatamorgana, sekedar menuruti kesenangan, hawa nafsu, dan pelampiasan emosi belaka.

Ingatlah bahwa kehidupan dunia ini sangatlah singkat dan sementara, mungkin sebentar lagi engkau akan meninggalkannya. Maka jika ternyata engkau telah terkhilaf dengan dosa-dosa segera saja bertaubat memohon ampunan sebelum ada dinding penghalang antara taubat dengan dirimu. Demi Allah nasihat ini kusampaikan dengan tulus untukmu dan itu semua semata-mata karena rasa sayang dan cintaku kepadamu.

Sumber
Mau Dicintai dan Disayang Allah?

Eksistensi kita di muka bumi saat ini adalah cerminan kasih sayang Allah, dari berjuta makhluknya, kita dipilih menjadi hambaNya yang beriman. Kita diberi kesempatan untuk menyaksikan keagungan Allah di alam semesta ini. Kita bermohon semoga diberikan kesempatan untuk memasuki surga Allah kelak. Amin ya Robbal alamin. Dari sekian makhluk yang Allah ciptakan, betapa kita jauh lebih sempurna. Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. [QS:At Tiin: 4]

Dilengkapi dengan akal yang bisa berfikir, bisa memilih dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Diperindah dengan mata yang bisa melihat, lisan dan bibir untuk berbicara, telinga untuk mendengar. Mahabesar Allah yang telah menciptakan makhlukNya dengan sempurna.

Bukankah kami Telah memberikan kepadanya dua buah mata, Lidah dan dua buah bibir. Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan. [QS: Al Balad: 8-10]

Hidup sebagai ujian

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [QS: Al Mulk: 2] Bagi mereka yang sukses disediakan surge yang luasnya seluas langit dan bumi, di dalamnya terdapat kenikmatan yang sempurna, mata belum pernah melihat, telinga belum pernah mendengar, dan belum pernah terbersit dalam hati.

Bagi mereka yang gagal tempatnya adalah neraka, di dalamnya terdapat siksa yang amat pedih, api yang sangat panas, minumannya nanah yang sangat bau, dan segala macam siksa yang belum pernah terbayangkan. Allah sangat menyayangi kita dan masih memberikan kesempatan untuk memilih.

Mensyukuri ni’mat Allah

Bersyukur kepada Allah merupakan hal utama yang harus kita lakukan. Kesempatan hidup ini hanya sekali yang tidak boleh disia-siakan.

Menggunakan semua anggota tubuh sesuai dengan amanah yang diembankan Allah kepada kita. Lisan banyak berdzikir, mata digunakan melihat hal-hal yang disukai Allah, telinga untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, dan hati untuk tadabbur dan merenungkan keagungan ayat qauliyah [al Qur’an] dan alam semesta.

Allah sangat menyayangi kita, panca indra kita lengkap, dan bisa digunakan untuk bersyukur kepada Allah.

Manajemen waktu

Aplikasi syukur nikmat haruslah dimbangi dengan manajemen waktu yang baik. Pesan Allah begitu banyak untuk memanfaatkan waktu dengan optimal. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain. [QS; As Syarh: 7]

Tugas dan amanah yang harus dikerjakan terkadang lebih banyak dari waktu yang kita miliki. Menentukan skala prioritas adalah tugas setiap muslim. Supaya dapat mengerjakan hal yang wajib dan juga yang sunnah. Betapa banyak orang yang gagal karena kurang cermat dalam menggunakan kesempatan. Membuat peta hidup atau jadwal aktifitas adalah gambaran yang rapi dari kehidupan seorang muslim.

Pelajaran ini kita dapati dari waktu-waktu yang disebutkan Allah dalam al Qur’an. Demi waktu, Demi waktu malam, Demi waktu duha, dll. Dari semua itu akan bermuara kepada optimalisasi waktu yang indah, semuanya bernilai pahala, dan tidak ada yang sia-sia.

Karena memang karakter orang beriman adalah meninggalkan hal yang sia-sia. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. {Al Mu’minun: 3]

Saat ini Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk memenej waktu dengan baik.

Istiqomah

Sebentuk syukur kita kepada Allah adalah komitmen beribadah dengan kontinyu dan terus menerus. Kita berpacu dengan iblis dan pasukannnya, kita berpacu untuk mengendalikan hawa nafsu. Jangan sampai menjadi tentara iblis yang pasti menjadi penghuni neraka. Istiqomah mengaplikasikan peta hidup yang telah dirancang, disertai doa supaya diberikan kekuatan untuk istiqomah.

Jalan panjang ujian dalam hidup harus ditempuh dengan penuh semangat. Jangan lemah dan putus asa untuk menyongsong surga Allah. Berjuang dengan giat untuk menjauhi neraka dan siksa Allah. Rasulullah Saw berpesan kepada kita untuk menguatkan keimanan dengan istiqomah. “Katakanlah, aku telah beriman kepada Allah. Kemudian beristiqomahlah”. Jalan istiqomah masih membentang di hadapan kita.

Menggapai Ridho Allah

Ketika Allah memilih kita dan memberikan hidayah Islam semenjak kita lahir, sungguh merupakan karunia yang sangat besar. Betapa banyak manusia yang sampai meninggal tidak mendapatkan hidayah Islam. Ada juga yang tergelincir dan murtad dari jalan Islam. Maka hanya ada satu cara yang harus kita tempuh, yaitu mencari keridhoan Allah dalam kehidupan sementara ini.

Kelompok yang diridhoi Allah adalah golongan Muttaqin. Ini beberapa karakternya yang dicatat Al Qur’an: Orang-orang yang takut dan bertakwa kepada Allah dalam setiap lingkup kehidupannya.

Meyakini dan beriman kepada yang ghaib, mendirikan sholat dalam kehidupan kesehariannya yang berimplikasi terhindarnya dari perbuatan keji dan munkar. Membayarkan zakat sebagai kewajiban harta dan juga sosial.

Beriman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum Al Qur’an, yaitu Taurat, Zabur dan Injil. Kita masih bisa menggapai Ridho Allah dan menjadikannya sebagai tujuan hidup

Mengambil pelajaran dari sifat Allah

Ruh yang menjadi inti jiwa kita berasal dari Allah SWT. Sejatinya kita bisa mengambil pelajaran dari beberapa sifat Allah SWT.

Sifat Penyayang

Setiap kita dalam kapasitas masing-masing bisa menjadi seorang yang penyayang terhadap sesama. Dimulai dari lingkup keluarga, menyayangi orang tua, istri, anak, kakak, adik, kerabat dan saudaranya seagama. Sifat sayang ini akan melahirkan rasa cinta yang ikhlas karena Allah.

Rasulullah Saw memberikan gambaran bahwa tidak sempurna keimanan seseorang sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana halnya ia mencintai dirinya sendiri. Sebagai bukti rasa sayang, maka seorang muslim senang untuk berbagi, tidak rela melihat saudaranya kelaparan sementara dirinya kenyang. Oleh karena itu dalam hal muamalah ia lebih mendahulukan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Sungguh indah apa yang digambarkan Allah tentang sifat orang-orang Anshor yang lebih mendahulukan kebutuhan orang muhajirin dibandingkan diri mereka sendiri padahal sesungguhnya mereka pun membutuhkan.

Sifat Pemaaf

Allah Maha pemaaf terhadap kesalahan hambaNya. Kita sebagai orang yang tunduk kepada Allah hendaknya meniru sifat ini, kemudian diaplikasikan dalam keseharian ketika berinteraksi dengan sesama. Memaafkan orang lain yang mempunyai salah terhadap kita adalah akhlaq seorang muslim. Allah menggambarkan karakter orang bertakwa sebagai orang yang suka memaafkan manusia. Seperti halnya kita ingin dimaafkan oleh Allah, maka sudah seharusnya kita suka memaafkan orang lain.

Jangan sampai kita menjadi penghalang bagi kebaikan orang lain yang ingin meminta maaf dari kita. Sebuah pelajaran berharga dapat kita ambil dari kisah seorang sahabat yang disebutkan oleh Rasulullah sebagai calon penghuni surga.

Ketika diteliti ternyata tidak ada hal yang luar biasa dari ibadah ritualnya. Tetapi ternyata ada satu kebiasaan baik yang ia lakukan yaitu memaafkan orang lain sebelum ia tidur. Masih ada kesempatan untuk menjadi penyayang dan pemaaf

Supaya Allah tetap menyayangikita

Ada beberapa perbuatan yang dapat kita lakukan untuk menjadi orang yang senantiasa disayangi Allah:

Rajin Berdo’a

Allah menyukai orang-orang yang suka berdoa kepadaNya. Orang yang menumpahkan keluh kesahnya kepada Allah. Memohonkan solusi untuk persoalan hidupnya. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. {QS: Al Baqarah: 186]

Doa yang disertai dengan ketaatan kepada perintah Allah dan dilandasi dengan keimanan yang sempurna akan menghasilkan doa yang terkabul. Dan bukan doa yang hanya sekadar permohonan lisan sementara hatinya lalai.

Rajin menebar kebaikan

Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. Kebaikan yang mencakup perbuatan lisan, tutur kata yang baik, tidak menyakiti orang lain, saling memberikan taushiyah dalam kesabaran dan kebenaran. Perkataan yang meneduhkan dan tidak memancing amarah orang lain. Berlandaskan kepada sabda Rasulullah Saw, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam.” [HR. Muslim]

Juga pergaulan yang baik dengan sesama. Menghormati dan menghargai orang lain, memuliakan tamu, tetangga dan saudara-saudaranya. Menjaga sifat toleransi dalam bermasyarakat. Menjauhi sikap egois dan sombong yang membawa kepada kondisi yang tidak harmonis dalam pergaulan hidup.

Selagi usia masih di kandung badan, selalu ada kesempatan untuk berdoa dan berbuat baik.

Berhias diri dengan sifat sabar

Saat kita yakin bahwa keimanan akan mengalami ujian, maka bekal yang kita siapkan adalah sifat sabar. Allah menyukai orang-orang yang sabar. Kesabaran yang berlipat ganda.

Kesabaran yang ujungnya adalah kesuksesan. Ujian dunia seperti rasa cemas, takut, kekurangan harta benda dan kematian adalah hal biasa yang pasti dilalui. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”[QS; Al Baqarah: 155-156].

Kesenangan yang kita peroleh atau penderitaan yang kita terima termasuk ujian. Jangan sampai melalaikan kita dari jalan Allah. Harta yang banyak dan anak-anak juga jangan sampai melalaikan kita dari mengingat Allah.

Kita dituntut bersabar dalam beribadah kepada Allah, dalam menjauhi larangan Allah dan dalam menerima sesuatu yang kurang sesuai dengan selera kita. Sungguh, di sisi Allah ada pahala yang besar bagi mereka yang bersabar.

Ya Allah, Rahmati kami, sayangi kami dan berkahi hidup kami. Amin

Metoda Penyusunan Ayat dan Surah dalam Al-Quran. 

Kalau buku yang anda maksud adalah cetakan modern seperti di masa sekarang, tentunya Al-Quran belum lama dicetak. Sebab mesin cetrak modern baru ditemukan beberapa puluh tahun belakangan ini saja. Tapi kalau yang dimaksud adalah buku dalam arti lembaran-lembaran yang terbuat dari kulit, pelepah kurma atau media lain yang sudah dikenal saat itu, maka sebenarnya Al-Quran telah ditulis sejak pertama kali turun.

Rasulullah SAW punya beberapa sekretaris pribadi yang kerjanya melulu hanya menulis Al-Quran. Mereka adalah para penulis wahyu dari kalangan sahabat terkemuka, seperti Ali, Muawiyah, 'Ubai bin K'ab dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhum. Bila suatu ayat turun, beliau memerintahkan mereka untuk menuliskannya dan menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah.
Di samping itu sebagian sahabat pun menuliskan Qur'an yang turun itu atas kemauan mereka sendiri, tanpa diperintah oleh nabi. Mereka menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang. Zaid bin Tabit, "Kami menyusun Qur'an di hadapan Rasulullah pada kulit binatang." Para sahabat senantiasa menyodorkan Qur'an kepada Rasulullah baik dalam bentuk hafalan maupun tulisan.

Tulisan-tulisan Qur'an pada masa Rasulullah tidak terkumpul dalam satu mushaf, yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki orang lain. Para ulama telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Muaz bin Jabal, Ubai bin Ka'ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Mas'ud telah menghafalkan seluruh isi Qur'an di masa Rasulullah. Dan mereka menyebutkan pula bahwa Zaid bin Tsabit adalah orang yang terakhir kali membacakan Qur'an di hadapan Nabi, di antara mereka yang disebutkan di atas.
Rasulullah SAW berpulang ke rahmatullah di saat Qur'an telah dihafal dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti disebutkan di atas, ayat-ayat dan surah-surah dipisah-pisahkan atau diterbitkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah berada dalam satu lembar secara terpisah dalam tujuh huruf.
Tetapi Qur'an belum dikumpulkan dalam satu mushaf yang menyeluruh (lengkap). Bila wahyu turun, segeralah dihafal oleh para qurra' dan ditulis para penulis; tetapi pada saat itu belum diperlukan membukukannya dalam satu mushaf, sebab Nabi masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu. Di samping itu terkadang pula terdapat ayat yang me-nasikh (menghapuskan) sesuatu yang turun sebelumnya. Susunan atau tertib penulisan Qur'an itu tidak menurut tertib nuzul-nya (turun), tetapi setiap ayat yang turun dituliskan di tempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi- ia menjelaskan bahwa ayat anu harus diletakkan dalam surah anu.
Andaikata pada masa Nabi SAW Qur'an itu seluruhnya dikumpulkan di antara dua sampul dalam satu mushaf, hal yang demikian tentu akan membawa perubahan bila wahyu turun lagi.

Az-zarkasyi berkata, "Qur'an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudah Qur'an turun semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah."
Dengan pengertian inilah ditafsirkan apa yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit yang mengatakan, "Rasulullah SAW telah wafat sedang Qur'an belum dikumpulkan sama sekali." Maksudnya ayat-ayat dalam surah-surahnya belum dikumpulkan secara tertib dalam satu mushaf.
Al-Katabi berkata, "Rasulullah tidak mengumpulkan Qur'an dalam satu mushaf itu karena ia senantiasa menunggu ayat nasikh terhadap sebagian hukum-hukum atau bacaannya. Sesudah berakhir masa turunnya dengan wafatnya Rasululah, maka Allah mengilhamkan penulisan mushaf secara lengkap kepada para Khulafaurrasyidin sesuai dengan janjinya yang benar kepada umat ini tentang jaminan pemeliharaannya. Dan hal ini terjadi pertama kalinya pada masa Abu Bakar atas pertimbangan usulan Umar radhiyalahu 'anhum.

2. Metode yang digunakan untuk menyusun Al-Quran adalah metode wahyu dari langit. Sebab setiap ada ayat yang turun, Rasulullah SAW selain mengajarkan bacaan dan pemahamannya, beliau juga menjelaskan tata letak ayat tersebut di dalam Al-Quran.

3. Semua kitab tafsir yang hingga hari masih ada, bisa dijadikan dasar penafsiran kita tehadap Al-Quran. Kita punya puluhan kitab tafsir peninggalan para ulama yang sudah teruji sepanjang masa.
Tentunya masing-masing kitab tafsir itu memiliki keunggulannya sendiri--sendiri. Tergantung dari sudut pandang mana seseorang ingin membidik pemahamannya terhadap Al-Quran.

Wallahu a'lam bishshawab
 Ku Hadir dalam Cinta MU

ku ungkapkan cintaku padaMU,,,ya ROBBI
dengan belajar mengenali diri ini
ku ungkapkan cintaku padaMU ya ROBB
dengan belajar menyebut asma asmaMU dihari hariku
ku ungkapkan cintaku padaMU ya ROBB
dengan belajar memaafkan,mendoakan kebaikan orang-orang yang menzalimiku

sungguh,,,
ku lantunkan syukur ketika ENGKAU menyapaku dengan ujian ujian
aku tidak merasa gembira ketika KAU kirim insan-insan untuk menyanjungku
karena aku hanyalah sosok hina tak ada keagungan
yang begitu kecil di hadapanMU

sungguh,,,
kuteteskan air mata di setiap langkahku
ajari aku ya ROBB
bagaimana cara yang benar mencintaiMU

by:Anissa
Editing: Admin
SEBUAH RENUNGAN...

ANAK KECIL ingin segera DEWASA
YANG TUA lebih suka tetap menjadi MUDA

PENGANGGURAN mencari PEKERJAAN
Sedangkan PARA PEKERJA sudah merasa BOSAN


ORANG KAYA masih MEMBURU HARTA
Padahal memburu harta pekerjaan ORANG TAK PUNYA

SESEORANG sering di timpa KEKALAHAN...
Tapi selalu TIDAK PUAS setelah mendapat KEMENANGAN

APAKAH MEREKA LARI DARI TAKDIR TUHAN.... Ataukah
Mereka KEBINGUNGAN karena TAK PUNYA KEMAMPUAN?
TIADA HAK apapun yang wajib dimiliki seorang hamba
Tapi tiada usaha yang SIA-SIA dari-NYA
Jika mereka DISIKSA itu adalah KEADILAN-NYA
Bila mereka DIBERI NIKMAT, itu karena KEMURAHAN-NYA
KEMURAHAN DZAT YANG MAHA LUAS lagi MAHA MULIA

Sungguh MENGHERANKAN...
Bagaimana dia BERBUAT MAKSIAT kepada TUHAN?
Atau KUFUR MENGINGKARI TUHAN?

Bagi ALLAH SEGALA GERAKAN
Dan KETENANGAN dapat DIA SAKSIKAN
Segala sesuatu pasti mempunyai TANDA
Yang DAPAT MENUNJUKKAN bahwa DIA MAHA ESA

AMPUNAN-NYA mampu MENENGGELAMKAN SELURUH DOSA-DOSA
Lalu bagaimana dengan KERIDHAAN-NYA?
KERIDHAAN-NYA MEWUJUDKAN SEGALA CITA-CITA
Lalu Bagaimana dengan CINTA-NYA?
CINTA-NYA sampai AKAL tak sanggup lagi MENCERNA
Lalu bagaimana dengan SAYANG-NYA?
SAYANG-NYA telah MELUPAKAN YANG LAINNYA
Lalu bagaimana dengan KASIHNYA?
Berapa banyak kita MEMOHON kepada Allah disaat KESULITAN MENIMPA?
Jika sudah lenyap segala bencana kita sangat mudah MELUPAKAN-NYA
Kita berdoa ditengah lautan, Agar DIA MENYELAMATKAN kapal
Tapi jika kapal sudah sampai di daratan , kita mudah MELUPAKAN-NYA
Kita berada diudara dengan AMAN dan PENUH KETENANGAN
Kita TIDAK JATUH, karena ALLAH memberikan PERLINDUNGAN.
Kita MELUPAKAN-NYA ketika kita telah SUKSES dalam UJIAN
Jika KITA DIGAGALKAN-NYA,
Kita akan MENYEMPURNAKAN DOA kita KEPADA-NYA

APAKAH SUDAH MUNCUL BENIH-BENIH CINTA YANG TUMBUH MENYEBAR KESELURUH TUBUH INI?
ATAUKAH RASA ITU MASIH SAJA JAUH TAK TERHINGGA?
SUNGGUH!!!... BETAPA BESARNYA CINTA ALLAH SWT kepada HAMBA-NYA

AKU masih saja TENGGELAM dalam KESESATAN
ENGKAU MENYURUHKU untuk BERTOBAT MEMINTA AMPUNAN
ENGKAU TIDAK MENGURANGI…., ketika AKU TERSESAT.
Kepadaku ENGKAU MENAMBAHKAN….
SEHINGGA... , Seolah KESESATANKU adalah SEBUAH KEBAIKAN
ENGKAU BALAS KEBURUKAN dengan KEBAIKAN
SEOLAH ENGKAU MERIDHAIKU untuk melakukan KEBOHONGAN dan KEDUSTAAN...
SUBHANALLAH....

DAN NIKMAT TUHANMU MANA LAGIKAH YANG KAMU DUSTAKAN?...
DAN NIKMAT TUHANMU MANA LAGIKAH YANG KAMU DUSTAKAN?...

(Semilir Angin Surga) Oleh Elvi Zuhailina
 Hidup begitu indah dengan selalu ikhlas menjalani hidup dan bersyukur hari ini dan seterusnya kita semua untuk selalu bersyukur.

  • Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata-kata kasar – Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.
  • Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu – Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.
  • Sebelum engkau mengeluh tentang pacar, suami atau isterimu – Ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Allah meminta pasangan hidup.
  • Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu – Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat dipanggil Allah.
  • Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu – Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.
  • Sebelum engkau bertengkar karena rumahmu yang kotor, dan tidak ada yang membersihkan atau menyapu lantai – Ingatlah akan orang gelandangan yang tinggal di jalanan.
  • Sebelum merengek karena harus menyopir terlalu jauh – Ingatlah akan sesorang yang harus berjalan kaki untuk menempuh jarak yang sama.
  • Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu – Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.
  • Sebelum engkau menuding atau menyalahkan orang lain – Ingatlah bahwa tidak ada seorang pun yang tidak berdosa dan kita harus menghadap pengadilan Allah.
  • Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu – Pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Allah karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini. Hidup adalah anugerah, jalanilah, nikmatilah, rayakan dan isilah dengan baik dan penuh rasa syukur.

Makna Taubat, Muara Terindah bagi Seorang Hamba.
Laksana musafir yang singgah sejenak di suatu tempat, sekedar untuk beristirahat dan mengumpulkan bekal, lalu melanjutkan perjalanannya kembali hingga sampai ke tempat tujuannya. Demikianlah hakikat kehidupan manusia di muka bumi ini, bahwa setiap kita hakikatnya adalah musafir yang sedang berjalan menuju kampung kita yang sejati, yaitu negeri akhirat yang kekal.

Maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri dan berbekal dengan ketakwaan untuk kehidupan kita yang sesungguhnya, yaitu kehidupan yang tidak ada kematian lagi setelahnya, yang ada hanyalah kebahagian selama-lamanya ataukah sebaliknya: adzab yang panjang.

Namun sudah menjadi tabiat manusia tergelincir dalam dosa, padahal tidaklah manusia itu diciptakan kecuali semata-mata untuk beribadah kepada Allah Ta’ala, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka tatkala seseorang tergelincir ke dalam lembah kenistaan, hendaklah ia segera kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meninggalkan kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut di masa datang. Inilah suatu amalan besar yang dinamakan dengan taubat.

Makna Taubat

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan, “Makna taubat secara bahasa adalah kembali, sedangkan menurut perngertian syar’i taubat adalah kembali dari maksiat kepada Allah Ta’ala menuju ketaatan kepada-Nya. Dan taubat yang paling agung serta paling wajib adalah taubat dari kekafiran kepada keimanan.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَف

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, Jika mereka berhenti (bertaubat dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu.” (Al-Anfal: 38)

Kemudian tingkatan taubat berikutnya adalah taubat dari dosa-dosa besar, berikutnya taubat dari dosa-dosa kecil. Dan wajib bagi setiap manusia untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari setiap dosa.” (Syarhu Riyadhis Shalihin, 1/38)

Kewajiban Bertaubat

Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.” (At-Tahrim: 8 )

Juga firman Allah Ta’ala:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)

Dalam hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:

عن الأَغَرِّ بنِ يسار المزنِيِّ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – : ((يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ)) رواه مسلم

Dari al-Agar bin Yasar radhiyallahu’anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah Ta’ala, sesungguhnya aku bertaubat kepada-Nya dalam sehari seratus kali.” (HR. Muslim, no. 7034)

Al-Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, “Para Ulama telah sepakat (ijma’) atas wajibnya taubat, karena perbuatan-perbuatan dosa dapat membinasakan pelakunya dan menjauhkannya dari Allah Ta’ala, maka wajib menghindarinya dengan segera.”

Jadi, kewajiban taubat harus dilaksanakan dengan segera dan tidak boleh ditunda-tunda, karena semua perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam harus dilaksanakan dengan segera jika tidak ada dalil yang membolehkan penundaannya. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa menunda taubat merupakan suatu perbuatan dosa yang membutuhkan taubat tersendiri.

Syarat-syarat Taubat

Pertama: Ikhlas


Hendaklah seorang bertaubat dengan niat yang ikhlas, yaitu semata-mata mencari keridhaan Allah Ta’ala dan agar mendapatkan ampunan-Nya, bukan karena ingin dipertontonkan kepada manusia (riya’), atau hanya karena takut kepada penguasa, ataupun kepentingan-kepentingan duniawi lainnya. Karena taubat kepada Allah Ta’ala adalah termasuk ibadah yang harus memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba’ah (mencontoh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam).

Kedua: Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan

Karena penyesalan menunjukkan kejujuran taubat seseorang, oleh karenanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

النَّدَمُ تَوْبَة

“Penyesalan adalah taubat.” (HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohihut Targhib, no. 3146, 3147)

Ketiga: Meninggalkan dosa

Meninggalkan dosa termasuk syarat taubat yang paling penting, sebab itu adalah bukti benarnya taubat seseorang, maka tidak diterima taubatnya apabila ternyata dia masih terus-menerus melakukan dosa tersebut.

Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Permohonan ampun tanpa meninggalkan dosa adalah taubatnya para pendusta.” (Tafsir Al-Qurthubi, 9/3)

Adapun cara meninggalkan dosa, jika berupa kewajiban yang ditinggalkan; adalah dengan melaksanakan kewajiban itu. Sedangkan dosa melakukan perbuatan haram, maka wajib untuk segera meninggalkan perbuatan haram tersebut dengan segera dan tidak boleh terus melakukannya meskipun hanya sesaat.

Keempat: Bertekad untuk tidak mengulang kembali perbuatan dosa tersebut di masa mendatang

Apabila di dalam hati seseorang masih tersimpan keinginan untuk kembali melakukan dosa tersebut jika ada kesempatan, maka tidak sah taubatnya.

Kelima: Apabila dosa tersebut berupa kezaliman kepada orang lain, maka harus meminta maaf dan atau mengembalikan hak-hak orang lain yang diambil dengan cara yang batil

Seperti apabila seseorang pernah mencaci orang lain maka hendaklah dia meminta pemaafan orang tersebut, atau seorang yang pernah mencuri harta orang lain maka hendaklah dia meminta maaf dan mengembalikan harta tersebut atau meminta penghalalannya.

Bahaya Perbuatan zalim

Kezaliman kepada orang lain merupakan dosa besar yang mengakibatkan kebangkrutan besar pada hari kiamat. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ. قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak (lagi) memiliki dinar dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari ummatku adalah seorang yang datang (menghadap Allah Ta’ala) pada hari kiamat dengan (membawa pahala) sholat, puasa, zakat, namun ketika di dunia dia pernah mencaci fulan, menuduh fulan, memakan harta fulan, menumpahkan darah fulan, memukul fulan. Maka diambillah kebaikan-kebaikan yang pernah dia lakukan untuk diberikan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi. Hingga apabila kebaikan-kebaikannya habis sebelum terbalas kezalimannya, maka kesalahan orang-orang yang pernah dia zalimi tersebut ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilempar ke neraka.” (HR. Muslim, no. 6744)

Keenam: Taubat harus pada waktunya

Apabila seseorang baru mau bertaubat setelah lewat waktunya, maka taubatnya tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Adapun waktu diterimanya taubat untuk setiap manusia adalah sebelum kematian datang menjemputnya. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآَنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

“Dan tidaklah taubat itu diberikan kepada orang-orang yang mengerjakan kejahatan sampai ketika datang kematian kepada salah seorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati dalam keadaan kafir, bagi mereka telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An-Nisa’: 18)

Sedangkan waktu diterimanya taubat untuk keseluruhan manusia adalah selama matahari belum terbit dari barat. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِىءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya di waktu malam agar bertaubat orang yang berbuat salah pada siang hari. Dan membentangkan tangan-Nya di waktu siang agar bertaubat orang yang berbuat salah pada malam hari, (hal ini terus terjadi) sampai terbit matahari dari barat.” (HR. Muslim, no. 7165)

Ketujuh: Menerangkan kebenaran

Jika pelaku suatu dosa adalah pengajak atau penyeru kepada dosa tersebut maka wajib atasnya untuk menerangkan kepada ummat (terutama kepada pengikutnya) bahwa hal itu adalah kesalahan atau kesesatan. Demikian pula, apabila dosanya berupa menyembunyikan kebanaran, maka wajib baginya untuk menerangkan kebenaran tersebut.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 159-160]

Bahaya Meremehkan Dosa

Inilah salah satu penghalang taubat, yaitu ketika seseorang meremehkan perbuatan dosa yang dia lakukan karena menganggapnya sebagai dosa kecil. Justru apabila seseorang menganggap remeh perbuatan maksiatnya kepada Allah Ta’ala maka dia telah terjatuh pada dosa besar, karena perbuatan menganggap remeh dosa merupakan satu bentuk dosa besar.

Dan dosa kecil sekali pun apabila dilakukan terus menerus, tentu akan menjadi dosa besar, sebagaimana hakikat lautan yang luas hanyalah kumpulan tetesan-tetesan air yang sanggup menjadi ombak yang besar. Demikianlah dosa-dosa kecil, apabila berkumpul pada diri seseorang niscaya akan membinasakannya. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إياكم ومُحقراتُ الذنُوبِ، كقَومٍ نَزلُوا في بطْنِ وادٍ فجاءَ ذا بعودٍ ، وجاء ذا بعودٍ حتى أنضَجُوا خبزتهم ، وإنَّ محقَّراتِ الذُّنوب متى يُؤخذ بها صاحبُها تُهلِكْهُ

“Hati-hatilah dengan dosa-dosa kecil, (karena dosa-dosa kecil itu) bagaikan suatu kaum yang turun di suatu lembah dan masing-masing orang membawa satu ranting kayu bakar yang pada akhirnya bisa menyalakan api hingga mereka bisa memasak roti mereka. Demikianlah dosa-dosa kecil, apabila berkumpul dalam diri seseorang niscaya akan membinasakannya.” (HR. Thabrani, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shohihah, no. 3102)

Maka hendaklah setiap kita bersegera untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala, terlebih lagi ketika kita tidak mengetahui kapan kita akan dipanggil oleh Allah Ta’ala dan berpisah dengan kehidupan dunia ini, untuk kemudian dimintai pertanggungjawaban atas setiap perbuatan kita.

Dan janganlah seseorang berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah Ta’ala betapa pun besarnya dosa yang telah dia kerjakan, karena hakikat seorang hamba yang baik bukanlah yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali, tapi hamba Allah Ta’ala yang terbaik adalah seorang yang apabila dia berbuat dosa, dia senantiasa bertaubat kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam:

كُلُّ بنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

“Setiap anak adam senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang senantiasa bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohihut Targhib, no. 3139)

Wabillahit taufiq, walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.

Sumber
KUMPULAN HADITS DAN KATA MUTIARA SAHABAT NABI

Dari Haritsa bin Wahab: Aku mendengar Rasulullah berkata, “Keluarkanlah sedekah sebab akan datang suatu masa dalam hidup manusia dimana ketika seseorang keluar dengan sedekahnya dari satu tempat ke tempat lain tetapi ia tidak menemukan seorang pun untuk menerimanya.”

Dari Abu Dzarr r.a. berkata, "Rasullulah SAW berkata kepadaku, "Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya menyambut saudaramu dengan muka yang manis" (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW, Beliau bersabda,"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia selalu berkata baik atau hendaklah ia diam" (HR. Bukhari-Muslim)

Dari Hudzaifah r.a. berkata, Rasullulah SAW bersabda," Orang yang suka mengadu domba tidak akan masuk surga" (HR Bukhari Muslim)

Dari Ibnu Umar r.a. berkata, Nabi SAW bersabda, "Sejahat-jahatnya dusta adalah bila seseorang mengaku kedua matanya melihat apa yang tidak dilihatnya" (HR Bukhari-Muslim)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah bersabda, "Jauhilah oleh semua sifat dengki/iri hati itu, karena sesungguhnya sifat dengki itu bisa menghabiskan amal-amal kebaikan sebagaimana api menghabiskan kayu bakar " (HR Abu Dawud)

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang membinasakan iaitu: Ia akan mati dan hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu dibelanjakan bukan pada tempatnya atau; hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang zalim atau; hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat dan akan dipergunakan untuk kejahatan pula atau; adakalanya harta itu akan dicuri dan dipergunakan secara berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna
(Sayidina Abu Bakar)

Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya aku akan perintahkan membawa seekor kambing, kemudian dipanggang untuk kami di depan pembakar roti.
(Sayidina Umar bin Khattab)

Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.
(Sayidina Umar bin Khattab)

Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan kebinasaan umat Muhammad SAW di atas tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan (matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.
(Sayidina Umar bin Khattab)

-Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya
-Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina
-Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya
-Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti kehormatan dirinya akan terjaga

(Sayidina Umar bin Khattab)

Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku bangga bahawa aku menjadi hamba bagiMu. Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai, maka berilah aku taufik sebagaimana yang Engkau cintai.
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang bagaimana amalan itu diterima daripada banyak beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah amalan itu hendak diterima?
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Janganlah seseorang hamba itu mengharap selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut selain kepada dosanya.
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian untuknya.
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Takutlah kamu akan perbuatan dosa di saat sendirian, di saat inilah saksimu adalah juga hakimmu. (Khalifah 'Ali)

-Tiada solat yang sempurna tanpa jiwa yang khusyu'
-Tiada puasa yang sempurna tanpa mencegah diri daripada perbuatan yang sia-sia -Tiada kebaikan bagi pembaca al-Qur'an tanpa mengambil pangajaran daripadanya
-Tiada kebaikan bagi orang yang berilmu tanpa memiliki sifat wara'
-Tiada kebaikan mengambil teman tanpa saling sayang-menyayangi
-Nikmat yang paling baik ialah nikmat yang kekal dimiliki
-Doa yang paling sempurna ialah doa yang dilandasi keikhlasan
-Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak pula salahnya, siapa yang banyak salahnya, maka hilanglah harga dirinya, siapa yang hilang harga dirinya, bererti dia tidak wara', sedang orang yang tidak wara' itu bererti hatinya mati
(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Dia berkata kepada para sahabat,"Sesungguhnya aku telah mengatur urusan kamu, tetapi aku bukanlah org yg paling baik di kalangan kamu maka berilah pertolongan kepadaku. Kalau aku bertindak lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng maka betulkan aku!"
(Sayidina Abu Bakar)